Tuesday, June 25, 2013

Stay Up Late at Night and Wake Up Early

Saya suka tidur larut malam, saya suka malam
walau kadang malam hanya saya habiskan dengan berdiam
mengingat kembali kegiatan- kegiatan yang saya lakukan di saat terang
Terang? iya.. siang..
Terang...Gelap...
Buat saya sama saja... sama sama kosong jika hanya dihabiskan untuk hal tidak berguna
Tapi saya lebih suka saat gelap, saat malam..
Terlebih saat larut, saat semua orang terlelap, saat semua orang terantuk di pintu mimpi

Saya tahu, begadang bukan kebiasaan yang baik.
Tapi saya juga tahu...hidup terlalu singkat untuk kita habiskan dengan tidur 8 jam sehari
Saya suka malam, saya suka keheningan
Saya suka ketiadaan riuh, ramai dan sesak
Malam itu damai..sunyi

Setelah menginjak usia ke 20, saya semakin jarang tidur 8 jam sehari
5 jam adalah waktu yang cukup untuk terlelap dalam ketidaksadaran.
Kemudian bangun lebih pagi...
Waktu terasa lebih berarti saat saya bangun pagi, berlalu dengan normal
tidak terasa berlalu dengan cepat maupun lambat

Saya suka malam, kopi, dan kamu..
Saya suka melalui malam dengan secangkir kopi sambil memikirkan kamu (hahaha)

Kamu suka yang mana?

Tuesday, June 18, 2013

JIWA dan RAGA

Luka, pedih, kecewa dan amarah, bukanlah hal baru bagiku. Mereka adalah satu, terkumpul dan menembus jiwaku. Menembus jiwa yang tak lagi utuh. Menembus jiwa yang bersemayam dalam raga yang tak waras. Membuat luka yang menganga, berdarah- darah dan tak membuat pemilik raga berhenti menangis. Tak ada usapan lembut untuk mngobati luka, tak ada senyuman penyejuk untuk jiwa ini, yang ada hanya seringai kejam sang serigala yang terbungkus dalam raga yang kusebut keluarga. Jiwa ini menangis meronta- ronta, namun raga bertahan, berdiri setegak mungkin,
“raga, aku sudah lelah. Biarkan aku berhenti. Biarkan aku pergi!” pinta jiwa
Raga itu hanya terdiam di sudut ruang suram dan sepi. “akupun tlah lelah jiwa, tapi aku tak bisa berhenti disini. Aku tak mau kau pergi meninggalkanku dengan keadaan seperti ini. Jiwa, kumohon bertahanlah, demi aku” pinta raga
Hari berlalu, kerikil tajam berhamburan di jalan setapak yang kulalui. Tuhanku yang Agung, berikan sedikit kesejukan bagi jiwamu yang gersang ini. Berikan kekuatan untuk raga yang rapuh ini.
Tuhanku Yang Agung. Kami sungguh tersiksa disini, mereka itu tuli, mereka itu buta, tak da yang dapat mendengar  raunganku, rintihanku, bahkan menangis di depan merekapun tak ada yang mau melihat.
Kami lelah Tuhan… bolehkan kami terpisah dan melanjutkan kehidupan kami masing-masing.  Bolehkah kami terpisah? Biarkan jiwa dan ragaku terpisah sekarang juga. Kumohon…
Seiring waktu berlalu, seiring luka, kekecewaan, amarah, sakit, pedih yang datang menghampiriku, sedikit demi sedikit aku mampu untuk menghadapi itu. Ragaku menguat, jiwaku semakin tangguh.
Kini luka adalah kawanku, kawan yang mengajarkan diri tuk selalu memberi kasih pada sesama
Kini kekecewaan adalah kawanku, kawan yang mengajarkan aku bahwa segala hal tidak dapat terjadi sesuai kehendak kita.
Kini amarah adalah pengingatku, bahwa ia akan merusakku bila aku mangikutinya.
Kini sakit dan pedih adalah satu, satu hal yang membuatku ingat bahwa selalu ada kebahagiaan dan kedamaian di balik duri tajam mereka.
Dan kini jiwa dan ragaku, mereka bersatu
Mereka saling menguatkan, mengingatkan, dan menyadarkan bahwa jiwa yang gersang ini adalah jiwa yang tak pernah bisa jauh dari Sang Pemilik jiwa, dan bahwa raga yang rapuh ini adalah raga yang kerdil dan tak berdaya dihadapan ciptaan-Nya yang Agung dan dahsyat.

Wednesday, June 5, 2013

The Story Behind "Masakan The Power of Kepepet"

OK, mari bercerita... ini peristiwa seminggu yang lalu sebenernya...berhubung prvider modem ngambek jadi cerita ini tertunda... oke langsung saja

Sore saya baru sampe rumah setelah seharian di kampus nahan laper (bermaksud menghemat uang jajan) pulang kerumah segera dengan harapan ada nasi, lauk pauk nikmat masakan Ibu tercinta... tapi apa daya, malang tak dapat dipungkiri..tak ada lauk di meja, bahan makanan yang super minim di kulkas- cuma ada telor ayam beberapa butir... sebenernya sih tinggal goreng telur dan disantap dengan nasi hangatpun udah nikmat. Tapi berhubung saya ini kurang bersyukur dengan dalih makan pake telor ceplok itu terlalu mainstream. Akhirnya saya berpikir keras (karena kelaparan membuat saya susah berpikir). Setelah cari- cari nemulah ide untuk membuat suatu masakan dengan bahan yang seadanya namun dengan citarasa yang LUAAR BIASA! :))
Untung masih ada stok bumbu- bumbu di dapur.. dan dimulailah eksperimen ini
ini dia bumbu-bumbu sederhana dan apa adanya
dua butir telur, karena adek tiba- tiba pulang dari les dan ngeluh laper  *kasiaaan*

sebenernya ada satu bahan lagi, tapi lupa foto karena kelewat laper jadi ga konsen :)). Oke, first step kocok telur bersama garam dan merica setelah itu digoreng kemudian digulung langsung waktu digoreng. Telur selesai dan beralih ke sausnya, tumis semua bumbu (bawang, cabe, dll) sampe harum semerbak. Trus saya masukin saus tomat aduk- aduk bentar dan kasih air putih biar ga gosong... trus tambah saus sambel dikit, kecap manis, gula, garam, merica, dan sedikit kaldu sapi bubuk (harusnya sih ayam, tapi adanya itu) aduk- aduk terus... adek tiba- tiba nongol lagi dan saya minta bantuan dia buat nyicipin sausnya dan katanya ENAAK! *eyes sparkling* dan kami berdua lompat- lompat kegirangan karena masakannya enak sampai tiba- tiba terjadilah insiden minyak wijen, minyak wijen sengaja saya tambahin biar makin sedep masakannya..tapi karna faktor kegirangan jadi ga sadar kalo nuang minyaknya kebanyakan. Kemudian kami cicipi lagi saus ini, alhasil citarasa khas minyak wijenlah yang mendominasi... but it's OK! dengan alasan sotoy saya "citarasa minyak wijen akan berkurang kalo dimasak lebih lama" karena muka adek udah kecewa gitu :(.. dan setelah mempraktekkan teori sotoy saya... akhirnya rasa masakan ini menjadi lebih baik bahkan LEBIH SEDAP dari sebelumnya :))

setelah sausnya matang, tinggal disiram ke telor yang udah di goreng tadi..

and THIS IS IT!!
hasil akhir masakan  "The Power of Kepepet" nampak sedap bukaaan? dan tentulah sedap pula  rasanyaa  :D
Masakan matang, kami berdua bergegas mengambil nasi, dibentuk- bentuk dikit biar caem kemudian ditata rapih di meja lipet (meja buat belajar) dan kami berdoa khusyuk sebelum makan..
dan SELAMAT MAKAAAN! :D

suapan pertama..
Adek: "waahhh enaaaaaak"

entah karena kelaparan atau memang enak, adek saya makan sampek nambah dua kali. Senengnyah masakan bikinan kita disukai :D
Sekian cerita eksperimen yang accidentally sukses ini :D

PS: Ingat jangan terlalu bangga dengan hasil karya sendiri, alhasil tumpahlah minyak wijen yang tak sesuai porsinya

SAMPAI JUMPA