Tuesday, June 18, 2013

JIWA dan RAGA

Luka, pedih, kecewa dan amarah, bukanlah hal baru bagiku. Mereka adalah satu, terkumpul dan menembus jiwaku. Menembus jiwa yang tak lagi utuh. Menembus jiwa yang bersemayam dalam raga yang tak waras. Membuat luka yang menganga, berdarah- darah dan tak membuat pemilik raga berhenti menangis. Tak ada usapan lembut untuk mngobati luka, tak ada senyuman penyejuk untuk jiwa ini, yang ada hanya seringai kejam sang serigala yang terbungkus dalam raga yang kusebut keluarga. Jiwa ini menangis meronta- ronta, namun raga bertahan, berdiri setegak mungkin,
“raga, aku sudah lelah. Biarkan aku berhenti. Biarkan aku pergi!” pinta jiwa
Raga itu hanya terdiam di sudut ruang suram dan sepi. “akupun tlah lelah jiwa, tapi aku tak bisa berhenti disini. Aku tak mau kau pergi meninggalkanku dengan keadaan seperti ini. Jiwa, kumohon bertahanlah, demi aku” pinta raga
Hari berlalu, kerikil tajam berhamburan di jalan setapak yang kulalui. Tuhanku yang Agung, berikan sedikit kesejukan bagi jiwamu yang gersang ini. Berikan kekuatan untuk raga yang rapuh ini.
Tuhanku Yang Agung. Kami sungguh tersiksa disini, mereka itu tuli, mereka itu buta, tak da yang dapat mendengar  raunganku, rintihanku, bahkan menangis di depan merekapun tak ada yang mau melihat.
Kami lelah Tuhan… bolehkan kami terpisah dan melanjutkan kehidupan kami masing-masing.  Bolehkah kami terpisah? Biarkan jiwa dan ragaku terpisah sekarang juga. Kumohon…
Seiring waktu berlalu, seiring luka, kekecewaan, amarah, sakit, pedih yang datang menghampiriku, sedikit demi sedikit aku mampu untuk menghadapi itu. Ragaku menguat, jiwaku semakin tangguh.
Kini luka adalah kawanku, kawan yang mengajarkan diri tuk selalu memberi kasih pada sesama
Kini kekecewaan adalah kawanku, kawan yang mengajarkan aku bahwa segala hal tidak dapat terjadi sesuai kehendak kita.
Kini amarah adalah pengingatku, bahwa ia akan merusakku bila aku mangikutinya.
Kini sakit dan pedih adalah satu, satu hal yang membuatku ingat bahwa selalu ada kebahagiaan dan kedamaian di balik duri tajam mereka.
Dan kini jiwa dan ragaku, mereka bersatu
Mereka saling menguatkan, mengingatkan, dan menyadarkan bahwa jiwa yang gersang ini adalah jiwa yang tak pernah bisa jauh dari Sang Pemilik jiwa, dan bahwa raga yang rapuh ini adalah raga yang kerdil dan tak berdaya dihadapan ciptaan-Nya yang Agung dan dahsyat.

No comments:

Post a Comment